Ujung Kampung

Sastra

Duka Di Lembah Palu

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah gempa-palu.jpg

Jum’at terakhir bulan September
Dan goncangan 7,4 Scala Richter
Bumi berguncang sangat kencang
Tanah serasa ombak bergelombang

Ribuan nyawa melayang
Terkubur dan menghilang
Tanpa celah masa untuk berontak
Lembah Palu yang indah
Seketika luluh lantak

Gempa dan tsunami
Datang tanpa permisi
Tiada yang kuasa berlari
Menyisakan duka dalam hati
Pada mereka,
Yang masih bernyawa
Yang kehilangan saudara dan keluarga

Guncangan masih terasa
Tak ada senggang waktu untuk menyangka
Saat laut mengganas menelan daratan
Menghempas impian dan harapan

Mayat berserakan di bibir pantai
Jeritan tangis menyayat hati
Menyandera jiwa pendengarnya
Ibu kehilangan anaknya
Anak kehilangan ibunya

Di kaki gunung beratap langit biru
Seorang ibu nanar menatapku
Seolah berkata, tolong aku
Hancur rumahku
Hilang suami dan anakku
Mengharu biru perasaanku
Terguncang pula batinku

Aku tak berdaya
Diam seribu bahasa
Kuremas genggam tanganku
Menyaksikan penderitaan saudaraku

Meski bantuan terus hadir
Derai air mata tak henti mengalir
Luka itu tak kunjung redam
Trauma itu membekas dalam

Wahai Tuhan pemilik jagat raya
PeringatanMu sungguh nyata
Bahwa kami telah menumpuk dosa

Saat kami lupa ajal adalah kehendak-Mu
Engkau memperlihatkan kekuasaan-Mu
Menguji kami agar selalu mengingat-Mu
Bahwa segalanya adalah milik-Mu, kehendak-Mu

Yaa Allah yang maha berkuasa
Ampunkan kami atas segala rasa jumawa
Yang teracuni kesenangan dunia
Dan membuat kami lupa
Akan hakikat hidup di dunia

Hanya pada-Mu kami meminta
Untuk memberi kesembuhan atas luka
Dan kembali bangkit pasca bencana

Wahai saudara-saudaraku di Palu
Dukamu adalah dukaku
Tangismu adalah tangisku
Kehilanganmu adalah kehilanganku

Maka…
Biarlah sang waktu meredam luka
Dan ilahi memberikan kelapangan hati
Ayo bangkit menjemput asa
Mari kembali berdiri lagi

Tetap berjuang untuk kita semua
Yang masih ada dan bernyawa
Menghidupkan lagi kota kita
Yang sempat mati suri
Paluku, Palumu, Palu kita bersama

Donggala Kodi, 6 Oktober 2018

Puisi ini dimuat pada laman birokrat menulis

Duka Di Lembah Palu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *